Kisah Daun
Maple, Bintang dan Sebuah Pilihan
Malam itu
malam terakhir kami. Perancangan awalnya mahu ke Kings Park, tapi memandangkan
waktu operasi city bus pun sudah berakhir kami melanjutkan terus ke Elizabeth Quay.
Menikmati panorama malam bandar Perth sambil menyelusuri Swan River.
“Nanti
ingatkan saya nak ambil daun maple untuk kenang-kenangan” pesan teman saya.
Saya
menganguk, daun maple yang terlalu sinonim dengan musim luruh. Perlahan
warnanya betukar dari hijau ke merah/kuning lalu gugur mengering.
Saat
berjalan pulang ke hostel, saya mengutip satu daun maple kering untuk simpanan
sendiri lalu mengingatkan kembali teman saya
“Kutiplah cepat
daun maple akak, nanti akak lupa”
“Tak nak
lah, saya nak cari yang lain. Kalau tak jumpa, esok masih ada” katanya
“Ok fine, I’ll keep this one first” sambil
menunjuk daun maple yang saya kutip.
“Saya simpan
yang ini dulu sebab saya takut tak jumpa daun lain yang lebih baik” sambung
saya lagi.
Saya tergelak
sendiri lalu teringat akan sebuah kisah yang saya sendiri tak pasti ianya hanya
satu dongeng atau pun cerita benar.
Kisah
seorang lelaki yang bertanya pada gurunya perihal jodoh. Mendengar soalan anak
murid tersebut, guru meminta anak muridnya ke padang lalu mencari daun yang
paling cantik. Murid itu pun pergi, lalu mencari daun yang cantik di pandangan
mata. Lepas satu, satu yang dijumpainya. Tapi tidak satupun yang di ambil
kerana selalu mengharap mungkin ada yang lebih elok lagi di hadapan. Hingga
tiba di hujung padang dia kembali dengan tangan kosong. Hampa mungkin!
Dia
tergelak, sambil mengiyakan “Macam tu jugak dalam kehidupan. Banyak benda yang
kita belajar, kena praktikan dalam kehidupan” katanya
“Jangan
biarkan semua yang ada di depan mata berlalu pergi” sambungnya lagi. Rasa macam
kena brainwash sekejab.
“Tak semua
orang ada banyak pilihan akak” luah saya
“Semuaaa
orang ada baaaanyak pilihan ijan!”
“Ramai orang
ada banyak pilihan, tapi tak semua orang ada ada banyak pilihan”
Dua tiga
kali saya ulang supaya hadam.
“Ramai orang
ada banyak pilihan, tapi tak semua orang ada ada banyak pilihan.
Bintang-bintang
di langit je yang banyak kak” saya merenung langit Perth yang penuh bintang.
“Bintang memang
banyak, tapi bulan tetap juga satu!” ujarnya. Kami berdua terdiam dengan random
thought masing-masing lalu tergelak besar memecah kesunyian malam.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Dan malam
itu sebelum tidur, saya termenung panjang. Memikirkan kembali perbualan kami, tentang
hal-hal seputar hidup.
Kalau
bintang tu banyak, bulan tu tetap satu
Kalau
pilihan tu banyak, kenapa masih memilih yang satu?
No comments:
Post a Comment